Beranda | Artikel
Shalat Menjadi Kesenangan Hati (Bag. 2)
Jumat, 18 Desember 2020

Baca pembahasan sebelumnya Shalat Menjadi Kesenangan Hati (Bag. 1)

Salat bisa menjadi qurratul ‘ain (kesenangan hati) dan istirahatnya hati ketika salat tersebut bisa menghadirkan 6 hal, yaitu: (1) ikhlas, (2) kejujuran dan ketulusan, (3) mengikuti dan mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, (4) ihsan, (5) menyadari anugerah dari Allah Ta’ala, dan (6) merasa kurang dalam amal.

Empat poin pertama telah kami jelaskan pada artikel Shalat menjadi Kesenangan Hati (Bag. 1). Pada artikel ini akan kami jelaskan dua poin terakhir.

Menyadari anugerah dari Allah

Seorang hamba haruslah senantiasa menyadari dan mengingat bahwa semua anugerah hanya milik Allah Ta’ala. Dia mampu untuk mendirikan salat dengan baik disebabkan karena anugerah dari Allah Ta’ala. Sahabat radhiyallaahu ‘anhum berkata di hadapan Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam,

وَاللهِ لَـوْلَا اللهُ مَـا اهْتَـدَيْنَـا

وَلَا تَصَـدَّقْنَـا وَلَا صَلَّيْنَـا

Demi Allah, jikalau bukan karena Allah, maka kami tidak akan mendapat petunjuk

Tidak bisa bersedekah, tidak bisa pula shalat”

Allah Ta’ala berfirman,

يَمُنُّوْنَ عَلَيْكَ اَنْ اَسْلَمُوْا ۗ قُلْ لَّا تَمُنُّوْا عَلَيَّ اِسْلَامَكُمْ ۚبَلِ اللّٰهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ اَنْ هَدٰىكُمْ لِلْاِيْمَانِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu. Sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.” (QS. Al Hujurat: 17)

Jadi, Allah Ta’ala lah yang menjadikan seseorang menjadi muslim dan mampu mendirikan shalat. Ini sebagaimana perkataan Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam,

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَآ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَۖ وَاَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۚ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah taubat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima taubat, lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 128)

رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibarhim: 40)

Anugerah hanyalah milik Allah Ta’ala dalam menjadikan seorang hamba melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Ketaatan ini merupakan nikmat paling agung bagi seorang hamba. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ثُمَّ اِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَاِلَيْهِ تَجْـَٔرُوْنَۚ

“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” (QS. An Nahl: 53)

 وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ فِيْكُمْ رَسُوْلَ اللّٰهِ ۗ لَوْ يُطِيْعُكُمْ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنَ الْاَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ حَبَّبَ اِلَيْكُمُ الْاِيْمَانَ وَزَيَّنَه فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ اِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الرَّاشِدُوْنَۙ

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di tengah-tengahmu ada Rasulullah. Kalau dia menuruti (kemauan)mu dalam banyak hal, pasti kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi Allah menjadikanmu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. Al Hujurat: 7)

Kesadaran seseorang terhadap anugerah yang Allah Ta’ala berikan ini akan berbanding lurus dengan kadar kesempurnaan tauhid seseorang. Semakin dia sempurna tauhidnya maka semakin tinggi pula kesadarannya akan anugerah yang telah Allah Ta’ala berikan kepada Nya.

Apabila hamba menyadari bahwa ketaatan yang bisa dia laksanakan itu semata-mata adalah anugerah dari Allah Ta’ala, maka dia akan lebih terjaga dari sifat berbangga diri dengan amalannya. Hal ini disebabkan karena dia menyadari bahwa semua itu adalah anugerah dan nikmat yang Allah Ta’ala  berikan kepada Nya.

Baca Juga: Tata Cara Shalat Malam dan Witir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Merasa kurang dalam amalannya

Sebesar apapun usaha seorang hamba untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah Ta’ala, tetap saja dia dikatakan sebagai orang yang kurang. Hal ini disebabkan karena hak Allah Ta’ala yang harus ditunaikan jauh lebih besar daripada amalan yang telah dilaksanakan hamba. Oleh karena itu, setiap hamba hendaknya menyadari akan kekurangannya tersebut dan memperbanyak istighfar.

Empat hal yang menjadi pokok permasalahan di atas adalah niat yang benar, semangat yang tinggi, raghbah (rasa berharap yang khusus) dan rahbah (rasa takut yang khusus). Empat hal ini merupakan kaidah-kaidah dalam permasalahan tersebut. Apabila terdapat kekurangan di dalam kondisi keimanan seseorang, maka ada kekurangan di dalam keempat hal tersebut atau kekurangan di sebagiannya. Oleh karena itu, orang yang cerdas akan merenungkan keempat hal ini dan akan bersungguh-sungguh menjadikannya sebagai jalan hidupnya.

Allah Ta’ala tempat meminta pertolongan, kita bertawakal kepada-Nya, memohon taufik kepada-Nya, cukuplah Dia menjadi penolong kita dan Dia lah sebaik-baik Pelindung.

Baca Juga:

[Selesai]

* * *

Sumber:

Disarikan dari kitab Ta’zhiim Ash-Shalaat  hal. 83-87, karya Syaikh ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr hafidzahullahu Ta’ala, cetakan pertama tahun 1434, penerbit Daar Al fadhiilah.

 

Penulis: Apt. Pridiyanto


Artikel asli: https://muslim.or.id/59908-shalat-menjadi-kesenangan-hati-bag-2.html